Thursday, July 7, 2011

Menyesap Seperti Kamu, Seperti Darah.

Ini sudah hari ke berapa,Blood?
Sudah hampir hari ke-800 kamu
mengisi hidupku. Melarung di
dalam celah-celah daging
tubuhku tanpa mengenal apa
itu lelah. Kau tetap memerah.
Seperti saat pertama kali aku
dilahirkan. Tapi, saat itu kita
belum bertemu, Blood.

Hari ini tidak ada senyum
dariku untukmu, Blood. Aku
sedang marah padamu. Aku
ingin membunuhmu agar kau
tidak lagi menyesapi setiap
celah daging tertipisku. Aku
ingin kau menjadi hitam. Bukan
merah. Aku ingin kau kubasuh
dengan air yang lebih ringan
darimu agar kau tidak terus
sombong di dalam tubuhku.
Aku ingin kau meneteskan
kehidupanmu tanpa perlu
selang yang membantu
aliranmu. Aku membencimu,
Blood. Membencimu karena
aku tidak bisa hidup dalam
kehidupan yang sesungguhnya
jika kamu tidak hidup di dalam
tubuhku. Membencimu karena
kau selalu mengatakan bahwa
kau tidak butuh tubuhku untuk
bertahan hidup. Bahkan dalam
bekunya kutub pun kau
mampu. Sedangkan aku? Aku
membutuhkanmu. Kau sudah
membunuhku perlahan-lahan
dengan begitu cepat kau
keluar jika ada luka pada
diriku. Padahal itu semua
karena kamu. Kamu yang
membuat aku menyakiti diriku
sendiri. Sedangkan kau tidak
pernah peduli bagaimana
sakitnya aku kehilanganmu
sedikit demi sedikit dari
tubuhku.

Blood, jika aku mati, aku ingin
matiku karena kehilanganmu.
Jika kau ingin aku tetap hidup,
pulanglah. Pulanglah, Blood.
Rumahmu di jantungku. Di
jantungku yang masih
membutuhkan detak untuk
tempat tinggalmu. Pulanglah,
Blood. Jantungku adalah
rumahmu. Pulanglah.

No comments:

Post a Comment